Tampilan : Daftar Grid

Tentang Library 2.0 dan Librarian 2.0

Dipresentasikan pada Stadium General Program Diploma Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta 15 Februari 2010

Library 2.0
Istilah Library 2.0 didengungkan pertama kali oleh Michael Casey dalam blognya, LibraryCrunch, dengan definisi yang mendapat tantangan dari beberapa penulis/pengamat dan pustakawan lain. Istilah Library 2.0 yang diungkapkan berkaitan erat dengan istilah yang ungkapkan oleh Tim O'Reilly dan Dale Dougherty pada tahun 2003, yaitu Web 2.0. Istilah 2.0 digunakan O'Reilly untuk menunjukkan versi dari teknologi web yang bersifat partisipatori dan berpusat pada pemustaka. Karakteristik Web 2.0 ini dimanfaatkan Casey untuk mendefinisikan Library 2.0 yang memiliki sifat berubah terus menerus dengan tujuan yang jelas, melibatkan peran pemustaka melalui layanan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan mampu menjangkau pemustaka yang berpotensi menjadi pemustaka layanan perpustakaan tersebut.

Sementara definisi Library 2.0 lainnya, salah satunya diungkapkan oleh Maness dengan mendefinisikan Library 2.0 sebagai pengaplikasian teknologi berbasis web yang interaktif, kolaboratif dan bermultimedia pada koleksi dan layanan perpustakaan yang berbasis web. Baik definisi Manessmaupun Casey, keduanya menekankan ciri Web 2.0 di dalamnya, sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa Library 2.0 adalah perpustakaan yang mengadopsi, memanfaatkan dan melibatkan Web 2.0 dalam layanan dan kegiatannya.
Menengok Web 2.0
Sebelum meneruskan pembahasan Library 2.0, mengingatkan kembali Web 2.0 akan memberikan gambaran lebih jelas tentang Library 2.0. Web 2.0 adalah jargon yang diperkenalkan oleh O'Reilly untuk mewakili aplikasi-aplikasi berbasis web yang memungkinkan pemustaka menjadi pembuat informasi dan juga pemanfaat informasi pada aplikasi-aplikasi tersebut. Dengan demikian informasi yang disajikan berasal dari para pemustaka yang juga menggunakan informasi yang tersedia dari pemustaka lain. Lebih dari itu informasi yang disajikan oleh seorang pemustaka dapat ditambahkan dan diubah oleh pemustaka lain sehingga perubahan informasi dalam segi isi dan jumlah sangat cepat.

Aplikasi-aplikasi tersebut dikenal baik oleh pemustaka Internet selama ini seperti : blog dari Blogger dan Wordpress, aplikasi jaringan sosial seperti Facebook, Twitter dan Delicious, pengelola konten seperti Flicker dan YouTube, aplikasi kolaboratif seperti Wiki dan Google Docs, dan aplikasi pesan instan (Instant Messaging) seperti YM, Google Talk dan Google Wave. Ciri utama dari aplikasi-aplikasi tersebut adalah komunikasi antar pemustaka dan informasi yang disajikan oleh para pemustaka secara bersama-sama. Aplikasi-aplikasi inilah yang termasuk dalam Web 2.0, yaitu web yang menekankan pada kolaborasi online dan berbagi antar pemustaka (Wikipedia). Inilah ciri utama yang dijadikan fokus pada layanan Library 2.0.

Karakteristik Library 2.0
Karakteristik utama dari Library 2.0 adalah komunikasi yang terjadi antara pustakawan dan pemustaka perpustakaan, dan keterlibatan pemustaka dalam pengembangan layanan perpustakaan. Maness menjelaskan ada 4 hal yang menjadi karakteristik Library 2.0:

  1. User-centered atau berpusat pada pemustaka. pemustaka tidak saja menggunakan informasi yang tersaji melalui teknologi Web 2.0 yang dimanfaatkan oleh perpustakaan, tapi pemustaka adalah turut aktif dalam menyajikan konten pada aplikasi tersebut. pemustaka dianggap mampu membagikan pengetahuannya dan memiliki informasi yang akan berguna untuk pemustaka lainnya. Sebagai contoh pada katalog yang bersifat partisipatori milik perpustakaan umum St. Joseph di Indiana, tersedia fungsi dimana pemustaka dapat menambahkan tag dan memberika review pada buku yang pernah dibacanya. Apa yang diinformasikannya, akan memberikan informasi kepada pemustaka lain. Hal ini juga terjadi di aplikasi wiki yang memang dimanfaatkan untuk membangun konten secara bersama-sama. Sementara pada blog, masukan pemustaka berupa umpan balik yang diberikan pada konten yang tersedia.
  2. Multimedia experience atau pemanfaatan berbagai media untuk membangun konten dan penyajian layanan. Konten yang disajikan tidak hanya teks, tapi video atau audio atau gambar. Materi tutorial pemustakaan mesin pencari dapat disajikan dalam bentuk video. Sementara pemanfaatan flash dan audio dapat untuk membuat konten tutorial prosedur layanan-layanan di perpustakaan. Perpustakaan melakukan promosi layanan-layanannya akan lebih interaktif dan menarik dengan memanfaatkan multimedia.
  3. Socially rich maksudnya adalah keberadaan pemustaka dan perpustakaan dapat dirasakan dan nyata sekalipun berbasis web. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung menggunakan IM (instant messaging) atau secara tidak langsung melalui umpan balik yang diberikan atau komentar pada aplikasi jaringan sosial. Keberadaan perpustakaan yang dirasakan oleh pemustaka tidak dibatasi oleh tempat dan jarak. Layanan rujukan dapat terjadi sewaktu-waktu ketika keduanya bertemu. Dari komunikasi yang terjalin inilah perpustakaan dapat mengevaluasi layanan-layanannya dan mengembangkan layanan sesuai dengan kebutuhan pemustaka yang tertangkap dari komunikasi dan umpan balik yang diberikan.
  4. Communally innovative adalah inovasi yang dilakukan bersama dengan komunitas pemustaka yang dilayani perpustakaan. Layanan tidak hanya berasal dari pustakawan atau perpustakaan tetapi layanan dihadirkan pula oleh pemustaka melalui keterlibatan mereka dalam pengembangan konten dan komunikasi. Perpustakaan berubah bersama komunitasnya dan perubahan yang terjadi berdasarkan kebutuhan komunitas yang dilayaninya.
Karakteristik yang menitik-beratkan pada kolaborasi antara pustakawan dan pemustaka membawa konsekuensi bahwa konsep Library 2.0 mengubah cara kerja dan arah pengembangan perpustakaan. Ini juga berarti mengubah para pustakawan dalam memberdayakan dirinya untuk melayani pemustaka dan melakukan pelayanan terhadap pemustaka. Keberadaan pemustaka yang tidak hanya dalam bentuk fisik, datang ke gedung perpustakaan untuk mendapatkan layanan, tapi juga hadir secara maya untuk mendapatkan layanan yang sama dengan format yang berbeda, menempatkan pustakawan sebagai orang yang fleksibel, cepat tanggap dan mampu melakukan beberapa layanan sekaligus.

Pemanfaatan Web 2.0
Layanan perpustakaan dengan konsep Library 2.0 menitik beratkan pada keterlibatan pemustaka dalam layanan tersebut sebagai pemanfaat dan penyedia informasi. Layanan jenis tersebut tidak selalu harus menggunakan teknologi informasi. Akan tetapi karena pada saat ini segala segi kehidupan telah begitu dekat dengan teknologi informasi, maka alat-alat Web 2.0 adalah alat-alat yang dimanfaatkan untuk menyajikan layanan Library 2.0. Alat-alat tersebut berupa aplikasi berbasis web yang telah disebutkan di atas. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyajikan layanan yang memberi keleluasaan bagi pemustaka untuk berpartisipasi dalam menyediakan konten.
  1. Aplikasi Wiki dapat digunakan untuk berkolaborasi membuat konten bersama. Penyebaran ilmu melalui WIKI akan sangat cepat dan peer-review dapat terjadi secara online.
  2. Aplikasi Blog menjadi alat untuk berbagi informasi dari pemustaka ke pemustaka lain. Perpustakan dapat memanfaatkan untuk menyajikan isu-isu terbaru yang dapat ditanggapi oleh pemustaka.
  3. Aplikasi Facebook adalah cara berjejaring dengan pemustaka perpustakaan untuk mempromosikan layanan perpustakaan, bertukar informasi dan menjangkau pemustaka yang potensial
  4. Aplikasi YouTube dan Flicker mengelola konten multimedia yang dapat dimanfaatkan sebagai penyaji layanan misalnya video tutorial tentang prosedur akses perpustakaan, tutorial literasi informasi dan sebagainya.
  5. Aplikasi Delicious membantu menyimpan bookmard website-website yang ditemukan untuk kepentingan berikutnya. Mendapatkan informasi tentang bookmark orang lain akan menambah pengetahuan. Folksonomi berupa tag-tag pada bookmark website akan membantu pengkatagorian/pengelompokan website-website yang ditemukan dan melalui tag tersebut diperoleh website lain yang ditemukan pemustaka lain dengan tag yang sama. Jejaring ini menambah koleksi sumber informasi.
  6. Aplikasi Google Docs memungkinkan beberapa pemustaka berkolaborasi untuk membangun dokumen secara bersama. Dokumen yang dibuat dan dibagikan hak aksesnya kepada pemustaka lain yang ditentukan, akan dapat diakses dan diubah. Kolaborasi ini mirip seperti aplikasi wiki, hanya dibuat tertutup atau terbatas pada pemustaka yang memiliki akses. Pemanfaatan Google docs untuk para pustakawan dapat bekerja sama ketika membuat konsep proposal atau karya bersama. Bahkan pemustaka dapat berbagi akses dengan pustakawan untuk mendapatkan evaluasi tentang karya tulisnya.
Inti dari aplikasi-aplikasi Web 2.0 ini adalah keberadaan pustakawan dan pemustaka pada layanan yang ada di aplikasi tersebut. Interaksi, komunikasi, dan pengetahuan dapat dibagikan melalui aplikasi tersebut. Dari pertemuan-pertemuan tersebut baik yang langsung maupun tidak langsung menghasilkan masukan dari pemustaka tentang kebutuhan mereka, pendapat mereka tentang layanan perpustakaan dan apa yang mereka tahu. Ini dapat mengarahkan kita kepada jenis dan bentuk layanan yang mungkin dapat disajikan oleh perpustakaan.

Librarian 2.0
Pemanfaatan aplikasi-aplikasi Web 2.0 untuk Library 2.0 mengharuskan kesiapan pustakawan dalam menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, kemampuan untuk mengembangkan konten, kemampuan untuk memelihara layanan yang disajikan. Kemampuan berupa ketrampilan penggunan aplikasi menjadi bekal pokok. Akan tetapi yang lebih penting dari ketrampilan adalah perubahan paradigma dalam diri pustakawan.
  1. Meredith Farkas dalam slidenya yang menyoroti tentang Librarian 2.0 menyebutkan beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki oleh pustakawan versi kedua yaitu :
  2. Mampu menguasai teknologi informasi yang digunaka
  3. Mampu mengelola, baik dirinya maupun layanan yang diampunya
  4. Mengajar adalah ketrampilan yang harus dimiliki oleh pustakawan, sekalipun ini tidak berarti harus menjadi seorang pengajar layaknya seorang dosen.
  5. Penelusuran informasi dikuasai untuk jenis informasi apapun melalui berbagai teknologi
  6. Promosi diri dan layanan menjadi syarat untuk dapat menjangkau pemustaka dan menjadikan layanan yang diampunya berhasil memberdayakan pemustaka yang memerlukan.
Ketrampilan lain yang menunjang dan berkaitan dengan sikap adalah :
  1. Memiliki jiwa Customer Service: siap menolong, tersedia kapanpun ketika dapat dijangkau, dan mampu menghadapi berbagai macam pemustaka. Aturan “tidak pernah berkata tidak tahu” harus tetap dipegang.
  2. Terbuka/ Fleksibel terhadap perubahan. Ketika layanan harus berubah, ketika kebutuhan berubah, ketika teknologi berubah, ketika ilmu berkembang, ketika ada harus mengadopsi ilmu lain, pustakawan siap.
  3. Mau belajar tanpa henti dengan cara apapun dan dari siapapun termasuk pemustaka adalah sikap yang membuat pustakawan mampu berkembang dan memberdayakan pemustaka.
  4. Berinovasi dan kreatif menjadi efek dari keterbukaan dan sikap mau belajar. Semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin banyak mendapatkan ide baru.
Ketrampilan-ketrampilan di atas dapat diraih karena pustakawan memiliki cara pandang yang berbeda tentang dirinya dan profesinya sebagai pustakawan. Pandangan-pandangan tersebut di antaranya :
  1. Pengembangan perpustakaan didasari oleh kebutuhan pemustakanya. Layanan berpusat pada pemustaka. Pemustaka yang tahu apakah layanan tersebut berhasil, berguna dan membawa dampak baginya.
  2. Pemustaka berdaya untuk membagikan informasinya, pengetahuannya dan mampu menyajikannya bagi pemustaka lain. Folksonomi, review buku pada katalog 2.0 dan umpan balik pada blog adalah bukti.
  3. Promosi adalah menjangkau pemustaka.
  4. Aplikasi-aplikasi Web 2.0 adalah teman baik dan rekan kerja pustakawan
  5. Ide baru muncul dari ilmu lain
  6. Berjejaring dengan pustakawan lain dan profesional lain
Tentunya masih ada lagi paradigma yang perlu untuk dimiliki oleh pustakawan ketika ingin menjadikan perpustakaannya berkonsep Library 2.0. Library 2.0 dapat terwujud karena pustakawan-pustakawannya adalah librarian 2.0.

Penutup
Library 2.0 lebih mudah dibahas dari sisi penggunaan teknologi informasi yang menunjang terwujudnya library 2.0. Belajar menggunakan aplikasi-aplikasi Web 2.0 tidaklah sulit, tapi mengubah paradigma atau cara pandang sehingga layanan itu menjadi suatu layanan yang memberdayakan pemustaka itu bukan masalah teknologinya, tapi itu masalah karakter sebagai pustakawan. Profesi ini jadi tinggal profesi ketika tidak dihidupi sesuai dengan panggilannya. Ini juga yang membuat perpustakaan ini di negeri ini terlambat untuk maju, terlambat untuk berkembang, terlambat untuk memberi makna pada pemustaka atau bahkan masyarakat disekitarnya.

Di satu sisi gedung-gedung megah perpustakaan banyak muncul, sementara di sisi lain ruang gudang di kantor desa atau kecamatan yang diisi buku sudah disebut perpustakaan dengan menempatkan 1 pustakawan yang hanya menunggu kunjungan masyarakat yang ternyata tidak tahu bahwa ruang itu adalah perpustakaan. Kalaupun tahu bahwa itu perpustakaan maka, mereka hanya tahu bahwa perpustakaan itu tempat buku dan buku-bukunya tidak berelasi dengan kebutuhannya atau hidupnya, karena hasil kiriman dari pusat dengan tender sekian rupiah dari penerbit tertentu. Tidak ada makna yang diberikan. Di sisi lain sekelompok pustakawan sibuk memanfaatkan teknologi informasi, sementara kelompok pustakawan lain hanya punya bekal ilmu katalogisasi dengan DDC dan membuat kartu katalog yang tak disentuh oleh pemustakanya. Tidak ada jejaring yang memberdayakan, tidak ada transfer ilmu yang membuat kelompok pustakawan itu merasa berarti menjadi seorang pustakawan.

Ketika pustakawan mulai menyadari bahwa memberdayakan komunitas pemustakanya adalah bagian dari dirinya maka dimanapun pustakawan itu ditempatkan, dengan fasilitas apapun yang ada, dia tetap akan menjadi librarian 2.0 karena dia menjangkau pemustakanya dengan layanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pemustakanya. Dia memahami masalah yang terjadi di komunitas pemustakanya. Dengan demikian perpustakaannya, dengan terbatasnya fasilitaspun menjadi perpustakaan versi 2.0 karena perpustakaannya melibatkan pemustaka dalam layanan, kegiatan, koleksi dan pengembangan perpustakaan.

Sumber : http://sambungjaring.blogspot.co.id/2010/02/library-20-dan-librarian-20.html
#A3

Perpustakaan Adalah

Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, serta dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Tetapi, dengan koleksi dan penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi, banyak perpustakaan kini juga merupakan tempat penyimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau hasil seni lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD,LP, tape video dan DVD. Selain itu, perpustakaan juga menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.
Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut ataupun tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer).
#A3

Manfaat TIK

Manfaat TIK dalam Kehidupan Sehari-hari Repost from Materi TIK


TIK dengan kemampuan untuk mendistribusikan informasi secara cepat, dari satu tempat ke tempat yang lain yang berjauhan, tentu saja memberikan manfaat yang sangat berarti dalam kehidupan manusia. Berikut ini dijelaskan manfaat penerapan TIK.

1. Globalisasi
Dengan hadirnya TIK, orang-orang yang tersebar di dunia bisa saling bertukar informasi atau berinteraksi dengan cepat dan effisien, tidak tergantung pada lokasi mereka ataupun perbedaan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Seorang siswa yang tinggal di daerah yang terpencil bisa mengambil informasi atau memperoleh pengetahuan yang sebenarnya terletak ribuan atau ratusan ribu kilometer darinya. Sebagai contoh, seorang yang ingin beli buku yang ada di luar negri cukup mendatangi warung internet, jika tidak punya akses di rumah atau di kantor, dan melakukan pemesanan karena penjual membuka toko buku online


2. Kemudahan Berkomunkasi
Dengan buatan TIK, setiap orang dapat berkomunikasi dengan cepat, murah dan efisien. Orang bisa menggunakan komunikasi tidak langsung seperti surat elektronis, komunikasi langsung melalui chatting, ataupun bertatap muka secara elektronis melalui videokonferensi.


3. Dukungan Pembelajaran
Banyak program komputer yang ditujukan untuk mempermudah orang dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun bahasa asing. dengan dukungan multimedia, ilmu-ilmu yang sering dianggap sulit dapat disajikan dalam bentuk atau cara yang membuat orang senang mempelajarinya. Sesuatu materi juga dapat dipelajari dengan komputer tanpa harus menginstal program karena program ditauh pada penyedia dan kita cukup mengunjungi situs webnya.

4. Penghematan Biaya
Pebisnis dapat menggunakan TIK untuk menjalankan bisnis dengan harapan dapat melakukan penghematan biaya sehingga bisa menjual produk dengan lebih mudah dan meningkatkan kompetisi dengan pesaing. Berbagai perusahaan bisa saling bekerja sama untuk bertukar informasi secara otomatis sehingga tidak perlu melibatkan orang lain secara khusus. Mesin otomatis dapat bekerja menggantikan peran manusia sehingga produksei menjadi lebih mudah dan kualitas seragam bisa diperoleh.


5. Penghilangan Kendala Waktu
Dengan dukungan TIK, perusahaan dapat melayani pelanggan selama 24 jam sehari. Perusahan dapat mengoperasikan bisnis tanpa kendala waktu. Nasabah bank bisa mengambil uang kapan saja dengan cukup mendatangi mesin ATM. Bank pun tidak perlu menggaji tellet untuk bekerja 24 jam nonstop. Mobile banking memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi atau melihat saldo dari mana saja, Sekalipun mungkin ia sedang berada di hutan atau negara lain yang tidak menyediakan ATM bank bersangkutan


6. Peningkatan Layanan
TIK dapat digunakan untuk meningkatkan layanan dan kepuasan pelanggan. ATM, mobile banking, toko online merupakan salah satu bentuk peningkatan layanan kepada pelanggan. Perbaikan layanan tersebut diharapkan mampu menjaga loyalitas pelanggan. Banyak pemerintah kita atau kabupaten yang menyelenggarakan e-gov dalam rangka memberikan kemudahan dalam melayani masyarakat atau pebisnis.


7. Peningkatan Produktivitas Kerja
TIK juga dapat digukana untuk meningkatkan produktivitas kerja sehingga pekerja dapat memberikan sumbangan berarti yang lebih banyak kepada institusi tempat mereka bekerja. Hal – hal yang menjemukan seperti melakukan perhitungan kredit dapat dialihkan ke komputer dan pekerja dapat memanfaatkan waktunya untuk berfikir ke hal0hal yang lebih produktif atau meningkatkan kreativitasnya sehingga lebih memberi manfaat bagi perusahaan.


8. Pencitpaan Lapangan kerja Baru
TIK telah membuka banyak lapangan kerja baru sehingga penjaga warnung internet, tenaga pemasar, pemrogram dan ragam tenanga khsusu yang dibutuhkan keterampilan. Pada saat ini banyak istilah spesialis yang terkait dengan dunia TIK, seperti analis sistem, desainer sistem, webmaster, dan system engineer.


9. Penggantian Pekerjaan yang Beresiko
TIK dapat pula dimanfaatkan untuk menangani aktivitas yang membahayakan jiwa manusia, misalnya pada pengecoran logam atau pada penanganan limbah. Contoh lain yang menarik telah dilakukan oleh badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Pada 4 December 1996, NASA mengirimkan pesawat tanpa awak ke planet mars. Misinya adalah melakukan analisa terhadap atmosfer, cuaca dan kondisi tanah di planet tersebut. Pesawat ini membawa robot berbentuk kendaraan yang diberinama Sojourner atau bebatuan Sojourner Rover dan dapat melakukan penelitian terhadap bebatuan di Planet Mars. RObot ini dapat mengirimkan gambar-gambar yang diamati ke bumi.





#A3

Ada yang baru hloo




Sweet Moment
Nasyukha Design↓
Akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga :) , setelah beberapa saat saya tidak muncul di dunia Blogging , bukan karena tanpa alasan saya meninggalkan dunia itu untuk sejenak dikarenakan saya sebagai owner sedang mempersiapkan sebuah template yang bakal memanjakan kalian , dan maka dari itu saya minta maaf karena keterlambatan saya :) *peace
Tentang Design ↓

Design kali ini mungkin bisa lebih dibilang ramah loading karena loading nya tidak terlalu berat dan cocok untuk segala speed koneksi , mulai dari yang cepet sampai yang agak lemot :D , hehehe *peace

Ditambah lagi dengan fitur homepage yang full Jquery , bakalan betah deh kalo lama lama disini , oh yaa

Persiapan UKK dan . . . ↓
Karena bulan ini mendekati ulangan kenaikan kelas saya mendesain ini dengan sangat sederhana dan tentu nya saya juga ingin terlihat lebih pandai dari cewek yang aku taksir saat ini dan semoga dia bisa jadi pendamping hidup ku *AAMMIINNN :) , dan tak lupa aku ucapkan terimakasih kepada teman yang selama ini selalu mensupport saya hingga saya bisa seperti saat ini :)
Harapan Saat ini ↓
  • Naik Ke Kelas 11 dan bisa masuk jurusan IPA
  • Bola dan Sepatu untuk latihan FREESTYLE SOCCER karena sudah lama tidak latihan
  • Lebih Banyak Unique Post yang bisa aku buat
  • Bisa mendapatkan PEndamping hidup yang bisa menerima aku dengan kelebihan dan kekuranganku

#A3

Love Is


The Title is : Love Is. . .

Love is

To Look

To Smell

To Touch

To Listen

To Stay

Typhography From : Nasyukha






#A3

Komentar Terbaru

Just load it!